Selasa, 14 Agustus 2012

Akhir Kisah Ku

        Q sdh d lntai 2, u d mn?
Satu pesan masuk di ponsel ku. "Dimas ",ucapku lirih. Segera ku percepat langkahku agar dia tak tidak terlalu lama menunggu ku. Dimas satu sosok yang bisa membuat ku bahagia, dia juga yang membuat aku menangis. Dia adalah tunangan ku, lebih tepatnya mantan tunangan setelah satu tahun lalu meninggalkan ku tanpa kata, tanpa alasan dan teman dekatnya memberitahu ku bahwa dia menikah dengan wanita lain.  Saat itu aku ingat betul betapa hancurnya hatiku, sempat ku terpuruk karena penghianatannya. Semenjak itu aku tidak berkomunikasi lagi dengannya. Nomer ponsel ku pun sengaja aku ganti agar dia tak lagi menghubungiku. Aku benar-benar ingin menghapus dia dari hidup ku, memulai kehidupan baru tanpa dia lagi.
Tapi satu pesan  yang masuk ke inbook ku hari meruntuhkan tembok pertahanan ku untuk tak mengingatnya lagi. " Dek, gmn kbarnya? Hr minggu ada acr nggk? q ingin bertmu dngn u, da sesuatu yg ingin q bcrkan. met krj dek, jngn telt mkn ea." 

******

"Assalamualaikum...", ucapku pelan tapi ternyta masih juga mengagetkan dimas yang sedari tadi asyik dengan Iphone nya. " wa...walaikum salam..."jawabnya kaget.
"maaf menunggu lama", lanjutku karena tak enak datang terlambat.
"ach..nggak pa pa kok, baru 10 menit belum sejam",. Jawaban dimas sedikit bisa mencairkan suasana kaku diantara kami.
"kamu tetep sama seperti yang dulu ,anggun mempesona hingga membuat ku....".
Belum sempat dia melanjutkan ucapannya buru-buru aku menjawab," sudahlah mas, tidak usah di teruskan. kemaren kamu bilang ada sesuatu yang penting yang mau dibicarakan dengan ku. ada apa ya?"
Ku lihat raut  kecewa di wajahnya karena aku memotong pembicaraannya." ya ra aku faham..". Dia mulai bercerita banyak tentang rumah tangganya, tentang istri dan kegalauan hatinya karena merasa bersalah telah mengkhianati ku dan menikah dengan wanita lain. Dia pun menginginkan untuk kembali pada ku dan menceraikan istrinya. Mendengan ucapannya jujur aku kaget, sungguh sedikitpun tak mengira dia akan berbicara seperti ini.
"bagaimana ra...", suara Dimas memecahkan kebisuan diantara kami. Aku masih dia. Haruskah ku jawab ia? tapi bagaimana istrinya. Atau ku jawab tidak? tapi aku juga masih menyayanginya.
"ra....?", ucap dimas lirih. Ku tarik nafas dalam-dalam. " Maz, aku tahu kamu masih sangat menyayangiku, demikian pula aku tak terpungkiri perasaan ku pun sama sepertimu. tapi... maaf aku tak bisa. Cinta ku padamu telah ku kubur dalam-dalam. Aku bukan Rara mu yang dulu. Selesaikan masalahmu dengan istrimu secara baik-baik, jangan sampai kalian bercerai."
"Tapi ra...", sergahnya menandakan ketidaksetujuannya.
" Biarkan ku cari bahagiaku tanpamu. janganlah kau merasa risau, jangan kau bersedih, aku kan tetap mendukungmu. perbaiki hubungan mu dengan istrimu maz. aku yakin kamu pasti bisa melewati ini. maaf aku harus segera pergi. Assalamualaikum...."
Dimas hanya diam tak berkata apapun. Sekilas ku lihat butiran bening membasahi pipinya. Menyakitkan memang, tapi inilah pilihanku. Pilihan untuk tidak akan menerima mu kembali, tuk tidak merusak rumah tangga orang lain, walau di hatiku masih tersimpan nama mu, Dimas.

Tak bisa ku tahan laju alir,Untuk semua kenangan yang berlalu
Hembuskan sepi,Merobek hati
Meski raga ini tak lagi milikmu
Namun di dalam hatiku sungguh engkau hidup
Entah sampai kapan
Ku tahankan rasa cinta ini

Jauh di lubuk hatiku,Masih terukir namamu
Jauh di dasar jiwaku,Engkau masih kekasihku

Dan ku berharap semua ini,Bukan kekeliruan seperti yang kukira
Seumur hidupku,Akan menjadi doa untukmu

# cerita ini hanyalah fiktif belaka. Bila ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian hanyah faktor kebetulan belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar